PENYULUHAN PERIKANAN
“BUDIDAYA IKAN MAS KERAMBA JARING APUNG”
DI TANJUNG RAYA II PONTIANAK TIMUR












Oleh
MIZAN (131110194)


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2015

DAFTAR ISI
Daftar isi i
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Pendahuluan 1
1.1 latar belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Rumusan masalah 2
1.4 Manfaat yang di dapat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2. Tinjauan pustaka 3
2.1 Pentingnya penyuluhan 3
2.2 Definisi penyuluhan 3
2.3 Peran dan serta kerja sama penyuluh 5
2.4 Sistem budidaya ikan dengan KJA 6
2.5 Usaha keramba jaring apung dan jaring tancap 7
BAB III PENGAMATAN LAPANGAN 8
3. Kondisi masyarakat 8
3.1 Kondisi masyarakat yang ada 8
3.2 Karakteristik masyarakat 8
3.3 Permasalahan yang dialami 8
3.4 Kondisi lingkungan 9
3.5 Program yang ditawarkan kepada pembudidaya 9
BAB IV PEMBAHASAN 10
4. Pembahasan 10
4.1 Hubungan penyuluh dengan pelaku utama 10
4.2 Fungsi penyuluhan 10
4.3 Aspek yang di budidayakan 11
4.3.1 Ikan mas (caprinus carpio) 11
4.3.2 Ikan nila (Oreochromis niloticus) 12
4.3.3 Ikan lele (clarias Sp) 13
4.4 Solusi dan harapan yang diberikan 15
4.4.1 Pengembangan kawasan budidaya 15
4.4.2 Pengembangan aspek teknologi 16
4.4.3 Aspek ekonomi 16
4.4.4 Aspek sosial budaya 16
BAB V PENUTUP 17
5. Penutup 17
5.1 Kesimpulan 17
5.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN GAMBAR 19












BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kalimantan barat merupakan daerah yang mempunyai sungai yang sangat panjang yang merupakan potensi yang sangat besar bagi sumerdaya perikanan. Namun potensi ini juga memiliki tantangan yang amat besar dalam pengelolaannya, khususnya untuk memperoleh manfaat ekonomi yang sangat optimal, dengan adanya perkembangan dalam ilmu dan teknologi dalam dunia perikanan bisa meninkatkan penghasilan masyrakat, dan bisa memenuhi kebutuhan masyrakat akan protein dan gizi
Budidaya perikanan air tawar saat ini sangat banyak digemari masyrakat kalimantan barat pada umumnya dan kota Pontianak khususnya, ini terbukti makin bertambah banyaknya orang yang melakukan kegiatan perikanan baik pembesaran maupun pembibitan. Ini merupakan suatu bukti bahwa budidaya perikanan air tawar sangat diminati orang Kalimantan barat.
Sungai kapuas sangat panjang dan lebar jadi alternatip yang digunakan untuk kegiatan perikanan adalah dengan sistim Keramba Jaring Apung (KJA). Mengingat Kota Pontianak dialiri oleh sungai kapuas sangat baik bila sungai kapuas bisa dimanpaatkan untuk kegiatan budidaya ikan dan bisa meninkatkan kesejahteraan masarakat yang tingal di sekitar sungai kapuas, Pemeliharaan ikan yang dilakukan masarakat yaitu sistem keramba jaring apung (KJA)
Sebagian besar kegiatan perikanan di Kalimantan barat tidak memiliki dasar teori maupun ilmu pengetahuan yang benar tentang dunia perikanan. Untuk mengajarkan para pembudidaya dan nelayan tentang dunia perikanan maka dibutuhkan proses penyuluhan yang baik. Dengan adanya penyuluhan maka masyarakat perikanan dapat mendapatkan keuntungan yang maksimal dari pekerjaan mereka yang berhubungan dengan dunia perikanan.
Dalam kegiatan usaha perikanan, terlibat tiga unsur utama yaitu komoditas perikanan, lingkungan dan manusia sebagai pengelolanya. Upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga pembudidaya dapat dilakukan melalui perbaikan pengelolaan proses produksi dan pasca panen perikanan tangkap maupun budidaya, penerapan teknologi yang tepat,memperbaiki keadaan lingkungan, serta sangat penting untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan sumber daya manusianya.
1.2 Tujuan
Mengamati kegiatan Budidaya perikanan yang ada di daerah tanjung raya serta mengamati penyuluhan yang sudah dilakukan guna meningkatkan sumber daya manusia pada bidang perikanan yang dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh para pembudidaya dan petani ikan yang ada di daerah Pontianak
1.3 Rumusan masalah.
Banyaknya masyarakat perikanan yang belum mengetahui tentang teori budidaya serta teori – teori lainnya tentang dunia perikanan. Hal ini menyebabkan pendapatan masyarakat perikanan tidak maksimal dan pada akhirnya akan menyebabkan kemiskinan.
Untuk mengatasi masalah ini, harus dilakukan penyuluhan oleh dinas perikanan maupun pihak lain yang memiliki pengetahuan tentang perikanan. Penyuluhan tersebut harus dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan dan mempraktekkannya, sehingga masyarakat perikanan yang menjadi peserta penyuluhan percaya dan mau melakukan segala sesuatu yang diajarkan dalam penyuluhan tersebut.
1.4 Manfaat yang di dapat
Harapan dari kegiatann penyuluhan yang dilakukan yaitu bisa menambah pengetahuan dan melatih dalam berkoumikasi serta bisa membagi ilmu pengetahuan yang sudah didapat baik secara formal maupun informal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tinjauan pustaka
2.1 pentingnya penyuluhaan
Suatu masyarakat tidak dapat maju dengan sendirinya tanpa adanya pembangunan. Pembangunan itu sendiri akan berlangsung bila masyarakat telah dapat lepas dari problema kehidupan yang dihadapi. Sebagian besar masyarakat memiliki• persoalan kehidupan yang spesifik. Petani ikan dan nelayan memiliki persoalan kehidupan yang khas, yang umumnya masih berkutat dengan persoalan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan. Dengan semangkin berkembangnya inovasi dan teknologi di bidang peri kanan, maka diperlukan sebuah kegiatan untuk melakukan perubahan-perubahan kepada masyarakat untuk mengatasi isu yang dihadapi terlebih dahulu. Guna melaksanakan perubahan tersebut, diperlukan kegiatan penyuluhan yang merupakan wahana untuk melakukan perubahan. Penyuluhan sangat diperlukan dalam pengembangan masyarakat pembudidaya dan nelayan agar masyarakat mampu mandiri.Undang-undang No 16 tahun 2006 sistem penyuluhan perikanan,pertanian dan kehutanan pasal 1 point 4 Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
2.2 Definiisi penyuluhan
Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor. Dalam hal ini tentu dimaksudkan untuk memberikan informasi, wawasan, pengetahuan, ketrampilan, teknologi, dan lain – lain kepaada seseorang atau masyarakat untuk menjadi tahu atau lebih tahu.
Menurut Claar Et al, mengartikan penyuluhan sebagai jenis pendidikan pemecahan masalah yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan dan juga tidak melaksanakan program yang bersifat non-edukatif.
Dalam konteks yang ada di Indonesia, terutama dalam bidang pertanian, definisi yang diberikan oleh Samsudin mungkin lebih sesuai yakni sebagai suatu usaha pendidikan non formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide – ide baru, dengan tanpa adanya pemaksaan. Adapun Sayogo menyebutkan bahwa penyuluhan adalah suatu proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya dengan jelas untuk dilaksanakan dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan yang ingin dicapai melalui suatu kegiatan. Lebih lanjut menurutnya harus menggunakan falsafah tiga, yaitu teach, truth dan trust, yakni pendidikan, kebenarana dan kepercayaan.
Berdasarkan dalam UU-SP3K Nomor : 16 Tahun 2006 antara lain yang tercantum dalam konsideran, yang mengamanatkan bahwa penyuluhan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum, merupakan hak azasi warga negara Republik Indonesia dan kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakannya, sehingga sangat jelas bahwa penyuluhan di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan merupakan kewajiban pemerintah dan merupakan hak bagi petani.
Undang-undang no 16 tahun 2006 penjelasan umum pasal 4 Yang dimaksud dengan ‘‘penyuluhan berasaskan demokrasi” yaitu penyuluhan yang diselenggarakan dengan saling menghormati pendapat antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan pelaku utama serta pelaku usaha lainnya. Yang dimaksud dengan “penyuluhan berasaskan manfaat” yaitu penyuluhan yang harus memberikan nilai manfaat bagi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.Yang dimaksud dengan “penyuluhan berasaskan kesetaraan” yaitu hubungan antara penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha yang harus merupakan mitra sejajar. Yang dimaksud dengan “penyuluhan berasaskan keterpaduan” yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan secara terpadu antar kepentingan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Yang dimaksud dengan “penyuluhan berasaskan keseimbangan” yaitu setiap penyelenggaraan penyuluhan harus memperhatikan keseimbangan antara kebijakan, inovasi teknologi dengan kearifan masyarakat setempat, pengarusutamaan gender, keseimbangan pemanfaatan sumber daya dan kelestarian lingkungan, dan keseimbangan antar kawasan yang maju dengan kawasan yang relatif masih tertinggal.
2.3 Peran serta dan kerja sama penyuluh
memfasilitasi dan mendorong peran serta pelaku utama dan pelaku Pasal 29 bagian keempat undang-undang No 16 tahun 2006 .Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan mendorong peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pelaksanaan penyuluhan.Pemerintah dan pemerintah daerah usaha dalam pelaksanaan penyuluhan.

Pasal 30
(1) Kerja sama penyuluhan dapat dilakukan antarkelembagaan penyuluhan,baik secara vertical horisontal, maupun lintas sektoral.
(2) Kerja sama penyuluhan antara kelembagaan penyuluhan nasional, regional,dan/atau internasional dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari menteri.
(3) Penyuluh swasta dan penyuluh swadaya dalam melaksanakan penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha dapat berkoordinasi dengan penyuluh PNS.
2.4 Sistem budidaya ikan dengan Keramba Jaring Apung (KJA)
Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan tempat pemeliharaan ikan yang memungkinkan air dapat keluar masuk dengan mudah melalui sisi dan dasar keramba menuju perairan sekitarnya. Pertukaran air ini akan memasok air yang segar dengan kadar oksigen yang tinggi bagi ikan di dalam keramba dan mengganti air yang telah mengandung sisa pakan yang tidak termakan dan sisa metabolisme tubuh (feces). Sistem pertukaran yang baik pada KJA menyebabkan pertumbuhan ikan akan lebih baik. Metode KJA sebagai teknik akuakultur memiliki beberapa keuntungan diantaranya tingginya padat penyebaran, jumlah dan mutu air selalu memadai, tidak diperlukan pengolahan tanah, lebih mudah melakukan pengendalian terhadap gangguan predator (pemangsa), dan juga pemanenan. Posisi Keramba Jaring Apung (KJA) lebih baik jauh dari jalur transportasi laut, dimana perahu atau kapal sering melintasi jalur tersebut. Selain itu disebabkan juga karena kapal-kapal mengeluarkan sisa-sisa pembakaran sehingga menyebabkan lingkungan menjadi tercemar. Oleh karena itu, biasanya lokasi untuk budidaya ditempatkan di daerah teluk, selat diantara pulau-pulau yang berdekatan, atau di perairan terbuka dengan terumbu karang penghalang (barrier reff) yang cukup panjang
2.5 Usaha Keramba Jaring Apung dan Keramba Jaring Tancap
Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatic yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosisten tersebut. Hasym,mundir (2012), Keadaan sungai Harapan umumya baik,karena di lihat dari keadaan tanahnya perairan di. Perairan ini awalnya bersumber pada keadaan desa nya yang semula berupa di pesisir yang yang menghasilkan air yang jernih. Jika di lihat untuk budidaya ikan, umumnya perairan ini untuk budidaya ikan sungai seprti ikan lele,ikan mas,ikan mujair,ikan sepat,dan lain sebagainya yang termasuk ikan sungai air tawar.
Kegiatan yang dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA) harus memperhatikan akibat terhadap lingkungan sekitar atau ekosistem perairan. Lingkungan Perairan sering kali tercemar oleh limbah, baik limbah rumah tangga, limbah pertanian, maupun limbah industri. Limbah rumah tangga biasanya berupa detergen dari air cucian dan sampah. Adapun limbah industri berupa bahan-bahan kimia
BAB III
PENGAMATAN LAPANGAN
3. Kondisi Masyarakat
3.1 Kondisi masyarakat yang ada di kawasan budidaya ikan di pingiran sungai Kapuas melakukan berbagai macam kegiatan perikanan seperti budidaya ikan mas, nila, lele dan lainya.serta melakukan kegiatan penjualan ikan hasil dari semua budidaya tersebut langsung di tampung dan di bawa kepasar flamboyan yang ada di Pontianak. Dan saat ditanya bagaimna system budidaya meraka menjawab belajar dari sumber buku dan langsung diperaktikan bahkan kadang apa yang ada diteori belum tentu sama dengan apa yang dilakukan, menurut mereka teori sebagai pondasi kita untuk menentukan keputusan mana yang baik dan yang benar dalam budidaya ikan.
3.2 Karakterristik masyarakat.
Masyarakat yang ada di kawasan tersebut sangatlah terbuka terhadap orang pendatang dan sangat ramah, dalam segi akses informasi dari luar sangatlah besar terbukti lokasi yang ada di tempat tersebut sangat banyak di kunjung oleh masyarakat dan mahasiswa bahkan instansi pemerintahan, maka dari segi tersebut kawasan yang ada sudah maju.
3.3 Permasalahan yang dialami
Dari hasil kegiatan yang telah di lakukan masalah yang di alami oleh pembudidaya yaitu kurangnya bantuan dari pemerintah untuk pembiayaan pakan dan pengadaan benih sehingga kurang untuk memeningkatkan hasil produksi, benih yang di peroleh didatangkan langsung dari anjungan,dari segi system penihan mereka kurang paham terbukti saat ditanya apakah pernah melakukan pemijihan ikan dengan melakukan penyuntikan meraka hanya menjawab kurang memahami.meraka hanya paham system budidaya saja/ mengetahui cara pembesaran ikan.
3.4 Kondisi lingkungan
Dari segi lingkungan kawasan budidaya yang dilakukan di sungai Kapuas khususnya di tanjung raya II bisa dikatakan cukup bersih dari lembah beracun. Terbukti dari berapa tahun kegiatan tidak ada ditemukan ikan mati secara masal. Tapi apabila tingkat salinitas tinggi maka akan berpengaruh kepada ikan mas sedangkan ikan nila tidak berpengaruh.
3.5 Program yang tawarkan kepada masyarakat pembudidaya
• Adanya pendampingan dalam pengelolahan pakan
Tujuan dari pendampingan ini yaitu untuk memberi gambaran dalam pemanfaatkan limbah-limbah hasil sayuran yang tidak nilai menjadi sesuatu yang bermanfaat pada pembuatan formulasi pakan.
• Program 7 hari cara mudah dalam memijahkan ikan
Tujuan dari program ini,dari hasil lapangan saat ditanya mereka mengharapkan adanya pelatihan dalam memijahkan ikan. 7 hari yang di maksud ini yaitu adanya kegiatan dari persiapan induk hingga pendederan di kolam yang dilakukan 7 hari secara berkelanjutan.
• Program Hemat pakan hemat duit.
Dari kata hemat sini yaitu untuk mengurangi tingkat pemberian pakan yang berlebihan, bagaimana cara kerjanya,disini akan di berikan pengetahuan tentang bagaimana cara perhitungan pakan yang efisien dan sesuai dengan ukuran ikan serta pertumbuhan.


BAB IV
PEMBAHASAN
4. Pembahasan
4.1 Hubungan penyuluh dengan pelaku utama
Sesuai dengan undang-undang no 16 tahun 2006 bahwa fungsi penyuluhan memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.
4.2 Fungsi penyuluhan
Sesuai dengan UU NO 16 Tahun 2006 pasal 4 fungsi system pentuluhan.
• memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;
• mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber nformasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;
• meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaa pelaku utama dan pelaku usaha;
• membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produkti
• menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;
• membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;
• menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestaria fungsi lingkungan; dan melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
4.3 Aspek yang dibudidayakan
4.3.1 Ikan mas (caprinus carpio)
Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
Ikan mas (Cyprinus carpio) yang adadi indonesia khususnya di kalimantan barat di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok ikan mas untu kosumsi dan kelompok ikan mas untuk hiasan. Ikan mas (Cyprinus carpio) ilmu taksonomi hewan, Ikan mas (Cyprinus carpio) di klasifikasikan sebagai berikut.
Filum : Chordata
Anak filum : Verteberata
Induk kelas : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas :Actinopterygii
Bangsa Cypriniformas
Anak bangsa : Cyprinoidei
Suku : Cyprinidae
Marga :Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio.


Marpologi Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
Bentuk tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) agak memanjang dan memipih tegak (koppreesed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disumbulkan (protakil). Bagian antarior mulut terdapat 2 (dua) pasang sungut. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) ditutupi oleh sisik. Sisik ikan mas berukuran relatip besar dan digolongkan kedalam sisik tife sikloit. Selain itu, tubuh ikan mas juga dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung (dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir, yaitu sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak permukan sirip pungung berseberangan dengan sirip perut (venteral). Sirip dubur (anal) yang terakhir bergerigi. Linea lateralis (gurat sisi) terletak dipertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan) terdiri dari 3 daris yang berbentuk gigi geraham.
4.3.2 Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus)
Adapun sistematika ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Suyanto (2005), adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Osteichthyes
ordo : Percomorphi
sub-ordo : Percoidea
famili : Cichlidae
genus : Oreochromis
spesies : Oreochromis niloticus.


Morfologi ikan nila
Ikan nila mempunyai ciri yang khas, yaitu adanya garis vertikal yang berwarna gelap disirip ekor sebanyak enam buah dan garis seperti ini juga terdapat pada sirip punggung dan sirip duburnya.Bentuk tubuh ikan nila pipih meruncing, posisi mulut superior dan dapat disembulkan, sisik ktenoid dan memiliki sirip yang lengkap, terdiri atas sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan caudal.Posisi sirip ventral terhadap pektoralnya adalah abdominal.Ikan nila mempunyai linea lateralisyang lengkap dan terputus.Ada beberapa ciri yang dapat membedakan ikan nila jantan dan betina.Pada rahang terdapat bercak kehitaman.Sisik ikan nila adalah tipescenoid.Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitupun bagian awalnya.Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip dada (abdormal) (Tariga, 2012).
4.3.3 Ikan lele (Clarias sp)
Klasifikasi ikan lele menurut SNI (2000), yaitu:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp



Morfologi Ikan Lele
1. Secara umum, ikan lele mempunyai bentuk tubuh yang bulat dan memanjang.
2. Kulitnya licin, berlendir, namun tidak bersisik.
3. Tubuhnya memiliki warna yang berbeda untuk setiap jenis lele. Tiap-tiap lele mempunyai warna khas yang membalut tubuhnya.
4. Ikan lele memiliki ukuran mulut yang relatif lebar dan hampir membelah setengah dari lebar kepalanya.
5. Memiliki kumis yang terletak di area sekitar mulutnya. Kumis ini pula yang menyebabkan ikan lele sering disebut catfish. Kumis ini memiliki fungsi sebagai alat untuk meraba pada saat mencari makan atau bergerak biasa.
6. Sebagai alat bantu untuk berenang, ikan lele juga mempunyai 3 buah sirip tunggal, yaitu sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung.
7. Ikan lele juga mempuyai dua buah sirip yang berpasangan, yaitu sirip perut dan sirip dada. Disamping digunakan sebagai alat bantu berenang, sirip juga memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh ikan lele saat diam atau tidak bergerak.
8. Pada bagian sirip dada terdapat sirip yang runcing dan keras yang disebut patil yang digunakan sebagai senjata.
9. Disamping itu, patil juga bermanfaat sebagai alat untuk berjalan di darat tanpa air dalam rentang waktu yang lama dan dengan jarak tempuh yang cukup jauh.


4.4 Solusi dan harapan yang di berikan
4.4.1 Pengembangan kawasan budidaya
Daerah tanjung raya II merupakan salah satu daerah yang akan dijadikan kawasan sentra budidaya. Oleh karena itu, dilakukan berbagai macam penyuluhan yang ditujukan untuk mewujudkan suatu kawasan sentra budidaya tersebut. Untuk mewujudkannya, maka dilakukan berbagai macam penyuluhan yang menyangkut peningkatan SDM dan peningkatan mutu hasil perikanan tersebut. Sistem penyuluhan yang dilakukan di daerah ini dilaksanakan setiap minggu. Sistem penyuluhan tersebut membahas tentang apa yang dibutuhkan masyarakat perikanan pada saat tersebut, jadi dengan kata lain masyarakatlah yang menentukan topik apa yang akan dibahas dalam penyuluhan tersebut. Sistem ini disebut dengan istilah bottom up, ketika penyuluh tidak dapat memecahkan masalah yang diajukan oleh masyarakat perikanan, maka penyuluh tersebut akan bertanya pada instansi diatasnya hingga permasalahan tersebut terpecahkan dan disampaikan kembali pada masyarakat perikanan tersebut.
Penyampaian materi penyuluhan dilakukan dengan dua cara yaitu :
• Penyampaian materi dan praktek secara langsung
Biasanya hal ini dilakukan pada penyuluhan tentang pengolahan dan budidaya.
• Hanya penyampaian materi
Biasanya dilakukan pada penyuluhan tentang tehnik budidaya. Yang baik dan benar untuk menjamin tingkat hasil produksi meningkat.
4.4.2 Pengembangan aspek teknologi
Di bidang budidaya, para pembudidaya akan diberi penyuluhan tentang bagaimana cara menebar benih, mengatasi hama dan penyakit, melakukan pembesaran, melakukan penetasan, melakukan panen dan penanganan setelah panen. Penyuluhan ini ditujukan pada pembudidaya yang kebanyakan adalah kaum laki – laki.
bidang pengolahan, diberi penyuluhan tentang cara mengolah hasil perikanan menjadi sesuatu yang baru yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Penyuluhan ini lebih ditujukan pada kaum wanita yang terbiasa mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap saji.
4.4.3 Aspek Ekonomi
Dalam aspek ekonomi, para pembudidaya diberi bantuan dari Departemen Kelautan dan Perikanan berupa bantuan dana dan benih
4.4.4 Aspek sosial dan budaya
Dalam aspek ini masyarakat perikanan diajarkan tentang dinamika sosial yang ada dalam masyarakat. Hal ini mengajarkan bagaimana masyarakat perikanan dapat bersosialisasi dengan masyarakat yang lain sehingga dapat melakukan kerja sama dalam kegiatan perikanan. Hal ini sangat penting dikarenakan bisa membantu dalam segi akses pasar yang lebih luas,dan tidak akan ketingalan informasi.
BAB V
PENUTUP
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari data yang diperoleh saat terjun lapangan secara langsung dan berkomunikasi secara personal bahwa masyarakat yang melakukan kegiatan budidaya telah banyak mendapatkan informasi tentang tehnik budidaya ikan yang baik dan benar serta ramah lingkungan, Seluruh teknik yang diajarkan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat perikanan, karena nantinya kawasan sungai Kapuas diharapkan menjadi kawasan sentral budidaya. Kawasan ini merupakan kawasan yang menguasai tentang perikanan yang memiliki visi agar negara Indonesia menjadi produsen ikan terbesar di dunia
. Penyuluhan merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh pada pengembangan kawasan, karena dengan adanya penyuluhan maka akan memudahkan masyarakat perikanan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar tentang dunia perikanan yang kemudian akan memberi efek pada peningkatan kualitas SDM.
5.2 Saran
Meskipun telah dilakukan penyuluhan, tetapi masyarakan perikanan di daerah tanjung raya II belum sepenuhnya mengerti tentang teknik memijahkan ikan serta kurang memahami kualitas induk yang baik untuk dipijahkan . Oleh karena itu, diharapkan agar kegiatan penyuluhan lebih sering dilakukan dan lebih mendekat kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih mudah menerima ilmu yang diajarkan pada mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah S. (2003). Perencanaan Program Penyuluhan Perikanan di Desa Anturan, Buleleng, Bali, IPB. Bandung

Samsudin S. (1977). Dasar – Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian, Bina Cipta, Bandung.
Sayogo B. (1998). Laporan Penelitian Strategi Penyuluhan Suatu Studi Lkteratur Tentang Strategi Penyuluhan Dalam Proses Difusi Inovasi, UGM, Depdikbud, Yogyakarta.
Sri Rejeki N. Dan Herawati FA (1999). Dasar – Dasar Komunikasi untuk Penyuluhan, Universitas Atmajaya. Yogyakarta.
Suprapto T dan Fachrianoor (2004). Komunikasi Penyuluhan, Arti Bumi Intisari, Yogyakarta.










LAMPIRAN GAMBAR





















Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN AKUATIK KERAMBA JARING APUNG BUDIDAYA IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

BAB IV PERMASALAHAN YANG ADA DI KAWASAN PESISIR KAB.SAMBAS